Panduan Penelitian: Teknik Pengumpulan Data dengan Wawancara
Panduan Penelitian: Teknik Pengumpulan Data dengan Wawancara
Sumber: freepik.com |
Ada beberapa metode teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan pada sebuah penelitian, yaitu dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Pada artikel ini kita akan membahas secara lengkap dan mendalam tentang teknik pengumpulan data menggunakan wawancara.
Pengertian Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang menjawab pertanyaan.
Pengertian wawancara menurut Esterberg, yang dikutip Sugiyono, adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat mengkonstruksikan makna dalam suatu topik penelitian tertentu.
Macam-Macam Wawancara
Terdapat dua macam wawancara, yaitu: wawancara terpimpin dan wawancara tak terpimpin. Wawancara terpimpin adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara, sehingga pertanyaan-pertanyaannya terarah, tidak menyimpang dari pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Sedangkan wawancara tak terpimpin adalah wawancara yang tidak terarah atau dilakukan secara spontan. Terdapat gabungan dari kedua metode wawancara tersebut yaitu wawancara bebes terpimpin. Wawancara bebas terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan secara bebas, namun masih dikendalikan oleh daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, wawancara tidak kaku, tetapi luwes dan fleksibel, sehingga tidak jauh menyimpang dari data yang diinginkan peneliti.
Langkah-langkah Wawancara dalam Penelitian
Berikut ini langkah-langkah wawancara menurut Ulber Silalahi, yaitu:
- Susun pertanyaan interview yang berhubungan dengan objek penelitian.
- Tentukan subjek yang akan diwawancara dan cara wawancara yang akan digunakan.
- Perkenalkan diri dengan responden untuk menyampaikan maksud, menentukan tempat dan jadwal wawancara.
- Lakukan uji coba wawancara terhadap sampel kecil dari keseluruhan sampel yang telah ditentukan.
- Apabila terdapat pertanyaan yang membingungkan responden, maka lakukan perbaikan.
- Lakukan wawancara dan ajukan pertanyaan.
- Bangun komunikasi yang efektif selama wawancara berlangsung.
- Melakukan konfirmasi jawaban untuk memperoleh informasi yang lebih banyak.
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Jenis-jenis pertanyaan wawancara digolongkan menjadi enam, menurut Patton yang dikutip Moleong, yaitu:
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman informan dalam hidupnya atau subjek yang diteliti, baik kehidupan pada waktu kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, maupun di tempat kerja. Contoh pertanyaan: bagaimana pengalaman bapak selama menjadi Camat?
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan pendapat
Adakalanya peneliti ingin meminta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu, pertanyaan yang dilontarkan kepada informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut.
Contoh pertanyaan: bagaimana pendapat bapak tentang kebijakan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM)?
3. Pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan
Untuk memperoleh data mengenai perasaan orang yang sifatnya afektif akan mengalami kesulitan dibandingkan untuk memperoleh data yang bersifat kognitif atau psikomotorik. Walaupun demikian, untuk mengetahui perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh pertanyaan: sepertinya ada masalah, apa yang sedang Anda rasakan? Bagaimana rasanya menjadi relawan di Ambon ?
3. Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka dipilih menjadi narasumber karena diduga ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.
Contoh pertanyaan: bagaimana proses terjadinya gempa tsunami? berapa bangunan rumah penduduk dan bangunan pemerintah yang rusak?
4. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa. Contoh pertanyaan: Pada saat anda melihat akibat gempa di Pulau Nias, bagaimana peran pemerintah daerah?
5. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subjek yang dipelajari yang meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain. Contoh pertanyaan: Dimana dia dilahirkan? Sekarang usianya berapa?
Baca juga: Jenis-jenis data penelitian yang perlu dipahami
Syarat-syarat untuk wawancara
Untuk mendapatkan data yang akurat dan terpercaya, seorang peneliti perlu memperhatikan syarat-syarat wawancara berikut ini:
- Peneliti sebaiknya menghindari menggunakan kata-kata yang menimbulkan multi tafsir atau mengandung lebih dari satu makna.
- Sebaiknya peneliti menghindari pertanyaan-pertanyaan yang panjang yang sebenarnya mengandung banyak pertanyaan khusus. Sebaiknya untuk pertanyaan yang panjang dipecah ke dalam bagian-bagian dan ditanya secara bertahap.
- Sebaiknya peneliti mengajukan pertanyaan sekongkrit mungkin dengan penunjuk waktu dan tempat yang jelas.
- Sebaiknya peneliti merumuskan pertanyaan yang netral atau menghaluskan pertanyaan, dengan menghindarkan pertanyaan yang mengakibatkan responden malu, canggung atau kagok.
- Apabila responden diminta menilai orang ketiga, sebaiknya menanyakan sifat positif maupun negatif orang ketiga tersebut.
- Ajukan setiap pertanyaan dalam kalimat pendek dan tegas, dengan intonasi yang terpelihara. Apabila dirasa oleh informan belum jelas, maka pertanyaan dapat dijelaskan lagi.
- Pertanyaan sebaiknya dirumuskan secara netral, hindari rumusan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban tertentu.
- Hindari pertanyaan–pertanyaan yang bersifat intimidasi atau menempatkan informan pada posisi mempertahankan diri yang berkaitan dengan gengsi menyangkut masalah kehidupan pribadi informan.
- Wawancara dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyenangkan dan yang kurang menyangkut pribadi, dan pada akhirnya ajukan pertanyaan-pertanyaan yang agak sulit dan rumit, yang sesuai kebutuhan peneliti.
- Segera dicatat apabila pertanyaan sudah dijawab. Apabila terdapat jawaban yang salah dan atau menggelikan, peneliti tidak perlu heran, terkejut bahkan tertawa. Peneliti dapat memberi komentar seperlunya untuk menciptakan suasana wawancara yang kondusif.
- Setelah pertanyaan diajukan, maka berilah kesempatan kepada informan untuk menjawab sendiri dan jangan berusaha mempengaruhinya. Pada saat peneliti memperhatikan jawaban informan, jangan lupa perhatikan juga soal-soal lain yang mungkin dapat memberikan keterangan lebih jelas.
Langkah-langkah persiapan wawancara
Sebelum peneliti benar-benar melaksanakan pengumpulan data dilapangan, maka perlu dipersiapkan langkah-langkah pasti agar pengumpulan data dapat berjalan secara efektif dan efisien. Maksud efektif dan efisien yaitu ketika mengumpulkan data benar-benar memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan dan rencana penelitian. Berikut ini langkah-langkah persiapan wawancara:
a. Menetapkan informan yang akan di wawancara secara selektif
Dalam menetapkan informan penelitian perlu diperhatikan bahwa apakah orang–orang yang termasuk ke dalam daftar informan benar-benar orang yang memiliki sejumlah informasi yang dibutuhkan peneliti? Harus dihindari betul informan yang ditetapkan sebagai sampel, tetapi tidak memiliki sejumlah informasi yang dibutuhkan peneliti.
b. Menyusun pedoman wawancara
Pedoman wawancara harus menunjukkan kepada siapa wawancara akan ditujukan dan berisi sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Butir pertanyaan-pertanyaan harus benar-benar mampu mengungkapkan data yang dapat menjawab permasalahan penelitian. Jika tidak demikian, maka peneliti tidak berhasil memperoleh data.
c. Melakukan uji coba pedoman wawancara
Pentingnya mengujicobakan pedoman wawancara adalah untuk memastikan bahwa pertanyaan dalam pedoman wawancara tersebut memiliki ketepatan dan ketelitian dan sesuai dengan kondisi informan, sehingga jawabannya akan sesuai dengan kebutuhan akan data penelitian. Langkah ini dimaksudkan untuk meminimalisasi ketidak efektifan pedoman wawancara ketika benar-benar sudah diterapkan di lapangan.
d. Menghubungi informan yang akan diwawancara
Berkomunikasi atau menghubungi informan yang akan diwawancara sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari sebelum wawancara dilaksanakan untuk memastikan kesediaan dan kesiapan informan untuk menerima wawancara peneliti. Sebab apabila dilakukan secara mendadak, dikhawatirkan informan menolak atau tidak siap menerima wawancara, bahkan menolak disebabkan ketidak tersedianya waktu yang cukup untuk wawancara.
e. Melakukan wawancara yang sebenarnya kepada informan dalam waktu dan tempat yang telah disepakati bersama.
Pilihan tempat dan waktu lebih baik diserahkan kepada informan agar yang bersangkutan merasa lebih nyaman dari pada ditentukan secara sepihak oleh peneliti. Suasana yang nyaman juga diperlukan dalam sebuah wawancara, supaya informasi benar-benar dapat digali sebanyak-banyaknya.
Cara mencatat hasil wawancara
Berikut ini beberapa cara dalam melakukan pencatatan hasil wawancara:
a. Pencatatan langsung
Pencatatan langsung adalah pencatatan pada waktu wawancara dilaksanakan. Cara ini sangat penting untuk memelihara data hasil wawancara. Bahkan para ahli psikologi mewajibkan menggunakan cara ini.
b. Pencatatan dari ingatan
Merupakan pencatatan hasil wawancara tanpa menggunakan catatan, hanya mengandalkan ingatan. Keuntungan cara ini yaitu peneliti tidak perlu membawa alat rekaman atau alat pencatat. Namun kelamahannya apabila lupa, maka data hasil wawancara akan hilang atau tidak sempurna.
c. Pencatatan dengan alat recording
Merupakan pencatatan hasil wawancara menggunakan alat rekaman. Saat ini mudah untuk dilakukan, yang hasilnya sangat detail, bahkan informan dapat memperbaiki hasil wawancara setelah diperdengarkan rekaman suaranya.
d. Pencatatan dengan fiel rating
Merupakan pencatatan dengan angka atau kata-kata yang menilai, pada waktu wawancara dengan rencana. Peneliti menyiapkan kuesioner atau formulir pengisian mengenai data yang hendak dikumpulkan dengan mamperhitungkan jawaban yang dapat digolongkan kedalam beberapa golongan yang diberi angka nilai atau kata-kata nilai.
e. Pencatatan dengan fiel coding
Dalam ilmu sosial pencatatan ini disebut fiel coding yang hampir sama dengan metode fiel rating, hanya peneliti tidak memberi nilai kepada jawaban responden, akan tetapi memberi suatu kode saja untuk menandakan kepada masalah penelitian.
Keuntungan Pengambilan Data menggunakan wawancara
Pemilihan wawancara untuk pengumpulan data memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Melalui wawancara peneliti dapat memperoleh informasi yang sedalam-dalamnya, khususnya terkait dengan pribadi seseorang.
- Melalui wawancara peneliti dengan cepat dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.
- Melalui wawancara dapat dipastikan bahwa yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan adalah responden atau informan. Sedangkan pertanyaan angket tidak dapat dipastikan siapa yang menjawab pertanyaan.
- Melalui wawancara peneliti dapat berusaha agar pertanyaan benar-benar dapat dipahami oleh informan, hal yang sama tidak dapat dilakukan untuk pertanyaan angket.
- Melalui wawancara pertanyaan dapat dilakukan secara fleksibel, misalnya apabila jawaban terhadap pertanyaan tidak lengkap atau kurang memuaskan, maka pewawancara dapat mengajukan pertanyaan ulang atau pertanyaan lain dengan kata-kata yang mudah dipahami.
- Pewawancara yang sensitif dapat menilai validitas jawaban berdasarkan gerak-gerik dan raut muka responden.
- Melalui wawancara, informasi yang diperoleh akan lebih dipercaya kebenarannya karena apabila salah memahami dapat segera diperbaiki selama wawancara dilakukan.
- Responden atau informan lebih bersedia mengemukakan penjelasan-penjelasan yang tidak dapat diungkapkannya melalui kuesioner.
Kelemahan pengumpulan data dengan wawancara
Selain memiliki keuntungan, teknik wawancara juga memiliki kelemahan. Berikut ini beberapa kelemahan teknik wawancara:
- Informasi yang dijelaskan melalui ucapan lisan seseorang tentang kelakuannya belum tentu sesuai dengan kenyataan perilaku yang sebenarnya.
- Pewawancara sendiri tidak konstan keadaannya dalam menghadapi berbagai macam orang secara berturut-turut. Keletihan, kurang konsentrasi atau faktor lainnya menimbulkan perubahan pada diri pewawancara, sehingga mempengaruhi validitas data dan reliabilitas data yang dikumpulkan.
- Apabila wawancara dilakukan oleh orang yang ditugaskan oleh peneliti, maka akan terjadi perbedaan antara pribadi dan keterampilan para petugas tersebut yang akan mempengaruhi data yang mereka kumpulkan.
- Apabila hasil wawancara tersimpan dalam bentuk rekaman, maka pengolahannya menjadi bentuk tulisan akan memakan waktu yang lama.
- Belum ditemukan sistem mencatat yang efektif, apakah pencatatan kalimat-perkalimat atau hanya ucapan tertentu saja atau kalimat-kalimat yang penting saja.
- Wawancara akan menjadi mahal biayanya apabila lokasi responden meliputi wilayah yang sangat luas.
- Apabila menugaskan sejumlah pewawancara, maka peneliti perlu memilih, melatih, dan mengawasi staf lapangan.
- Karena faktor kesibukan responden, maka dalam menentukan jadwal wawancara harus disesuaikan dengan waktu responden, sehingga memerlukan waktu yang lama.
Demikian artikel yang berjudul Teknik Pengumpulan Data dengan Wawancara. Semoga artikel ini bermanfaat, terima kasih telah berkunjung di faqirilmu.com
Referensi:
Abubakar Rifai. 2020. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Suka-Press UIN Sunan Kalijaga
Komentar
Posting Komentar